Hari-hari belakangan ini, beberapa daerah di Jakarta tepatnya di kawasan Duren Sawit di kejutkan oleh satu peristiwa alam yang menghebohkan. Dibilang peristiwa alam karena kejadian ini terjadi tanpa adanya campur tangan manusia. Ledakan yang menggetarkan kawasan Duren Sawit, Jakarta yang akhirnya membakar beberapa rumah ini memang sungguh aneh. Walaupun sempat terjadi ledakan dan rumah terbakar namun setelah diselidiki tidak terdapat bahan-bahan peledak atau sejenisnya di rumah-rumah yang terbakar, bahkan yang lebih aneh lagi, tabung LPG (elpiji) yang terdapat di dalam rumah yang terbakar itu tidak ikut meledak. Benar-benar sungguh aneh, jangan-jangan ada meteor yang jatuh? Hah…!!
Menurut informasi dari Kepala Pusat Sains Atmosfir dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaludin mengungkapkan, berdasarkan bukti yang ada kemungkinan besar benda yang jatuh di kawasan Duren Sawit, Jakarta itu adalah meteor.
“Masyarakat tidak perlu khawatir. Saya rasa kita harus menyikapi dengan baik. Kejatuhan meteor ini adalah hal yang biasa. Benda dari luar angkasa memiliki kemungkinan besar untuk jatuh. Ini kebetulan saja jatuh di rumah penduduk,” papar Thomas.
Sekali lagi menurut pernyataan Thomas, beberapa ahli sudah berada di tempat kejadian dan mengumpulkan bukti-bukti.Thomas menduga kemungkinan besar meteor yang jatuh di Duren Sawit adalah jenis meteor sporadis dimana merupakan jenis meteor yang jatuh ke bumi dari batuan yang melintas di luar angkasa.
“Kemungkinan ini jenis meteor kecil setidaknya sebesar kelapa. Ini merupakan benda meteor yang rapuh yang memang sering jatuh. Memang jarang sekali jatuh di pemukiman.”
Jatuhnya meteor ini memang merupakan kejadian alamiah yang diperkirakan bisa terjadi sekali dalam sebulan. Namun, tempat kejadian biasanya berada di lautan atau di alam terbuka.
“Sebenarnya jatuh meteor ini sering sekali namun kemungkinan jatuhnya di lautan atau lapangan luas karena komposisi lautan serta wilayah terbuka lebih besar dibandingkan pemukiman penduduk,” papar Thomas soal mengapa terjadinya kejatuhan meteor ini di lingkungan penduduk.
Thomas menjelaskan bahwa kejatuhan benda langit ke bumi merupakan peristiwa rutin. Setiap tahunnya sekitar 25 ribu ton debu dan bebatuan antariksa jatuh ke bumi. Lebih lanjut, kejadian jatuhnya meteor ini dinyatakan tidak memiliki hubungan dengan hujan meteor lyrids beberapa hari yang lalu. “Hujan meteor lyrids kan bentuknya kecil sekali dan lebih mirip debu, kalau ini sedikit lebih besar,” jelas Thomas.
Laporan jatuhnya meteor di pemukiman penduduk seperti yang terjadi di kawasan Duren Sawit, Jakarta bukan yang pertama terjadi. Sebelumnya, awal 2000 pernah terjadi di Jawa Tengah, di 2003 di Pontianak, serta yang terbaru di 2007 di Bali.(Referensi : inilah)
Menurut informasi dari Kepala Pusat Sains Atmosfir dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaludin mengungkapkan, berdasarkan bukti yang ada kemungkinan besar benda yang jatuh di kawasan Duren Sawit, Jakarta itu adalah meteor.
“Masyarakat tidak perlu khawatir. Saya rasa kita harus menyikapi dengan baik. Kejatuhan meteor ini adalah hal yang biasa. Benda dari luar angkasa memiliki kemungkinan besar untuk jatuh. Ini kebetulan saja jatuh di rumah penduduk,” papar Thomas.
Sekali lagi menurut pernyataan Thomas, beberapa ahli sudah berada di tempat kejadian dan mengumpulkan bukti-bukti.Thomas menduga kemungkinan besar meteor yang jatuh di Duren Sawit adalah jenis meteor sporadis dimana merupakan jenis meteor yang jatuh ke bumi dari batuan yang melintas di luar angkasa.
“Kemungkinan ini jenis meteor kecil setidaknya sebesar kelapa. Ini merupakan benda meteor yang rapuh yang memang sering jatuh. Memang jarang sekali jatuh di pemukiman.”
Jatuhnya meteor ini memang merupakan kejadian alamiah yang diperkirakan bisa terjadi sekali dalam sebulan. Namun, tempat kejadian biasanya berada di lautan atau di alam terbuka.
“Sebenarnya jatuh meteor ini sering sekali namun kemungkinan jatuhnya di lautan atau lapangan luas karena komposisi lautan serta wilayah terbuka lebih besar dibandingkan pemukiman penduduk,” papar Thomas soal mengapa terjadinya kejatuhan meteor ini di lingkungan penduduk.
Thomas menjelaskan bahwa kejatuhan benda langit ke bumi merupakan peristiwa rutin. Setiap tahunnya sekitar 25 ribu ton debu dan bebatuan antariksa jatuh ke bumi. Lebih lanjut, kejadian jatuhnya meteor ini dinyatakan tidak memiliki hubungan dengan hujan meteor lyrids beberapa hari yang lalu. “Hujan meteor lyrids kan bentuknya kecil sekali dan lebih mirip debu, kalau ini sedikit lebih besar,” jelas Thomas.
Laporan jatuhnya meteor di pemukiman penduduk seperti yang terjadi di kawasan Duren Sawit, Jakarta bukan yang pertama terjadi. Sebelumnya, awal 2000 pernah terjadi di Jawa Tengah, di 2003 di Pontianak, serta yang terbaru di 2007 di Bali.(Referensi : inilah)
Cancel
Berkomentarlah Dengan Bijak, Jangan Nyepam..
Bila tidak memiliki blog/website, pilihan anonymous adalah pilihan untuk anda, atau jika anda memiliki akun Facebook, pilihan name/url bisa dipakai dengan cara, masukkan alamat/url profil facebook anda di kolom url.
Salam "Apa Kabar Nusantara"